10 November merupakan salah satu hari bersejarah bagi Indonesia, dimana pada hari itu terjadi pertempuran hebat. Begitu banyak perjuangan yang dihadapi Bangsa Indonesia baik sebelum kemerdekaan maupun sesudahnya. Meskipun demikian, para pahlawan nasional yang tangguh tak peduli dengan berbagai perlawanan yang mengancam kedaulatan bangsa, karena didalam diri mereka tertanam rasa nasionalisme dan patriotisme yang menggelorakan semangat juang mereka. Sebagai pelajar tugas kita bukan lagi untuk berperang, melainkan memajukan negeri ini. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti menjaga peninggalan sejarah yang ada, memupuk rasa toleransi, serta meneladani sikap semangat para pahlawan yang dapat diaplikasikan dalam menempuh pendidikan sekarang ini.
Hari Pahlawan dapat menjadi momen untuk mengenang betapa besar jasa para pejuang, sebagaimana yang dilakukan oleh para siswa MAN 2 Malang. Tepat pada Hari Senin, 12 November 2022 MAN 2 Malang mengadakan Peringatan Hari Pahlawan Nasional. Kegiatan diawali dengan upacara pagi sebagai pembukaan. Tak seperti pada umumnya, Peringatan Hari Pahlawan kali ini disuguhkan persembahan drama kolosal dimana drama ini mengisahkan tentang peristiwa masa lalu yakni peperangan arek arek Surabaya melawan tentara sekutu yang dipicu oleh tewasnya Jenderal W.S Mallaby. Peperangan ini merupakan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Akibat dari peperangan ini menyebabkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban yang sebagian besar merupakan warga sipil, selain itu kurang lebih 150.000 rakyat terpaksa meninggalkan Surabaya, dan sekitar 1600 prajurit Inggris tewas serta luka luka. Drama kolosal ini dipersembahkan oleh anggota OSIS/MPK MAN 2 Malang.
Persembahan drama ini sangat totalitas, hingga disebalik aksi drama terdapat isak tangis yang mendalam hingga air mata tak terbendung lagi, salah seorang guru menangis tersedu sedu yakni Bu Hidayatul. Rupanya aksi drama ini mengingatkan beliau akan perjuangan almarhum ayahanda yang dulunya juga seorang pejuang. “Melihat kalian memperagakan layaknya peperangan dulu, saya teringat akan ayah saya, sehingga saya tak kuasa menahan air mata ini”, ungkapnya. Memang, bila kita diingatkan kembali akan memori masa lalu tentang perjuangan para kesatria dalam mempertahankan negeri ini, pastilah kita akan tersentuh. Dibalik persembahan itu, ada tetes keringat para siswa untuk mempersiapkan nya. Hari libur pun rela dibuat untuk berlatih demi kelancaran proses pelaksanaan. Bahkan darah yang digunakan berasal dari campuran SKM, kecap serta pewarna merah. Hal itu dilakukan demi menghidupkan suasana. Tak hanya itu, properti yang digunakan pun juga sangat tradisional.
Diharapkan dengan adanya peringatan ini dapat memberikan energi tambahan untuk menggugah kesadaran segenap elemen bangsa untuk terus bersatu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, terutama dikalangan para pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa.